Rabu, 17 September 2014

Cerita Awal Program Kehamilan

Hai hai.... ketemu lagi... Hmm, postingan kali ini saya mau cerita sekilas program kehamilan yang pernah saya jalani sewaktu di awal pernikahan ya, kira-kira ini cerita sampai dengan usia setahun pernikahan (pertengahan 2011). Selamat membaca.

Awal-awal menikah sering banget si tamu telat berkunjung. Jadilah setahun pertama pernikahan, saya sudah beberapa kali melanglang buana dari satu dokter kandungan ke dokter kandungan lainnya. Tapi karena masih belum setahun, kebanyakan dari para dokter itu berkata, "Kondisi rahimnya bagus kok. Nggak apa-apa, belum setahun ini. Nanti aja periksanya kalo udah setahun." Jadilah setiap periksa saya mendapat obat untuk memperlancar datangnya si tamu. Tapi ya tetep aja sih, hasilnya setelah obatnya habis kondisinya tidak berubah alias sering telat tapi negatif.

gambar dari sini

Memasuki bulan ke-9 pernikahan kami, saya dan suami akhirnya memutuskan berprogram ke klinik dekat rumah kontrakan di bilangan Jatinegara yang murah meriah. Tentu saja setelah dapat rekomendasi dari salah seorang teman yang berhasil program hamil di situ. Pas ke sana dokternya komunikatif dan enak diajak konsultasi. Yang paling penting, dokternya nggak membuat tanduk saya keluar. Sebelumnya pernah nih, ke salah seorang dokter yang berhasil membuat si tanduk nongol. Waktu itu dokternya bilang gini, "Memangnya kamu nggak pengen hamil apa?" Whaaatttt??!!! Cerita lengkapnya saya konsultasi karena telat, eh dokternya marah-marah kenapa saya baru sekarang ceknya. Padahal saya juga udah cek berkali-kali tapi cuma dibilang bagus-bagus aja sama dokter-dokter lain sebelumnya dan sekarang pake ditanya saya nggak pengen hamil lagi? Kalo ketemu orang yang nanya kayak gitu berasa pengen nyiram pake air teh. Oke, lupakan. Postingan berikutnya mungkin akan saya tulis tentang tips memilih dokter kandungan untuk program kehamilan.

Kita kembali ke cerita dokter yang di klinik daerah Jatinegara. Terus terang, saya lupa siapa nama dokternya. Tapi yang jelas dokternya cantik, hihi... Waktu itu saya diresepkan obat sejenis obat KB. Kalo tidak salah nama obatnya cyclo proginova. Itu obat diminumnya setiap hari di jam yang sama selama satu bulan (tepatnya 21 hari apa ya? lupa). Agak lupa juga persisnya si obat diminum mulai hari ke berapa setelah haid. Saya minum obat ini sampai tiga kali resep, artinya sekitar tiga bulan. 

Nah, selama tiga bulan itu saya menggendut dan banyak orang yang bertanya, "Kamu lagi hamil ya?" Saking banyaknya orang yang bertanya begitu, di pikiran saya yang ada cuma hamil-hamil-hamil-hamil-hamil. Karena nggak hamil-hamil juga, sayanya malah pusing sendiri. Stres? Bisa jadi. 

Akhirnya menjelang satu tahun pernikahan, saya memutuskan untuk STOP dulu segala macam program hamil selama beberapa bulan ke depan. Ada tiga hal utama yang membuat saya ingin rehat dulu dari program kehamilan. Pertama, saya jadi kepikiran terus dan sering mellow semenjak program kehamilan dengan obat. Harap-harap cemas, programnya berhasil atau tidak. Saya jadi supersensitif dengan kata 'hamil'. Saat menjelang satu tahun pernikahan itulah saya pikir emosi saya mengenai program kehamilan memuncak. Bahkan saya yang biasanya sukaaaa banget dengan anak kecil, saat itu kalo ketemu anak kecil ngga berani nggendong atau ngajak main. Saya rasa, saya perlu mengalihkan fokus di pikiran saya dulu untuk sementara waktu. Sebagian besar cerita yang berhasil hamil setelah penantian selama beberapa waktu tertentu, rahasia suksesnya adalah pasrah. Siapa tahu dengan mengalihkan pikiran ke kegiatan yang lain, saya bisa lebih pasrah.

Kedua, di bulan keempat jadwal saya kontrol dengan dokter kandungan, saya sudah pindah ke Depok. Kantor di Jakarta Pusat, rumah di Depok. Kalau saya tetap kontrol di Jatinegara kayaknya malah tambah capek. Jadilah saya malas melanjutkan kontrol. Saat pindah itu pulalah cicilan rumah dimulai @_@, artinya makin banyak pengeluaran. Baiklah... dengan didukung oleh alasan pengencangan ikat pinggang. Saya dan suami makin yakin untuk stop program kehamilan dulu.

Alasan ketiga, meminimalisasi efek samping kebanyakan konsumsi obat. Salah satunya menggendut tadi. Terganggu sangat dengan penggendutan yang terjadi. Soalnya menggendutnya cuma di pipi dan perut, hihihi... Selain itu anggota tubuh lainnya tetap kurus, kan jadi aneh... mirip orang busung lapar gitu kesannya. Hahaha... :D Dan memang dari pencarian info yang saya dapatkan, untuk program kehamilan dengan obat sejenis KB hanya bisa dicoba selama tiga bulan saja. Kalau tiga bulan itu tidak berhasil, berarti programnya diteruskan dengan metode yang lain. Jadi ya sudahlah, kesimpulannya kita stop dulu saja.

Nah, kalo sekarang saya pikir-pikir lagi. Ada beberapa hal yang sebaiknya mungkin bisa jadi masukan untuk teman-teman yang mungkin mengalami kejadian mirip dengan saya, antara lain:
1. Jika ada yang mempunyai masalah dengan si tamu, baik tidak teratur alias sering telat, tidak lancar, atau sakit banget pas lagi dapat haid, maka ada baiknya segera berkonsultasi dengan dokter kandungan mengenai penyebabnya. Usahakan untuk 'mengatur' haid agar normal dengan cara yang alami, seperti pola makan yang baik, olahraga teratur, dan mungkin dibantu dengan bekam dan akupuntur. Intinya sih pola hidup sehat. Sebisa mungkin jangan pakai obat-obatan.
2. Ketika sudah menikah dan belum genap satu tahun, kalau mau cek ke dokter tidak ada salahnya. Tapi pastikan ya dokternya yang asyik dan kooperatif. Apalagi kalau ternyata teman-teman punya masalah yang terkait dengan haid. Jangan seperti saya yang oke-oke saja disuruh periksa lebih lanjut kalo sudah setahun pernikahan. Saya menyesalnya kenapa saya nggak ngotot nanya, apakah gerangan penyebab kekacauan siklus haid saya. Obat yang diresepkan hanya menyelesaikan masalah yang terjadi untuk sementara. Kalau sudah kelihatan ada masalah, lebih cepat kita tahu lebih baik.
3. Memilih dokter kandungan itu penting. Pastikan yang kita bisa enjoy kalo konsultasi ke dokternya. Sebaiknya tidak gonta-ganti dokter.
4. Kalau terpaksa gonta-ganti dokter kandungan, pastikan kita menyimpan rekam medis dari dokter sebelumnya untuk ditunjukkan ke dokter yang baru. Jadinya kita nggak perlu diresepkan dua kali untuk obat yang memang tidak cocok.

Oke, sekian dulu ya... Semoga sharing dari saya bisa bermanfaat. Di postingan berikutnya ada dua judul yang insyaAllah akan saya tulis,  (i) Testpack dan (ii) Memilih Dokter Kandungan untuk Program Kehamilan.
Sampai jumpa... :D

Rabu, 07 Mei 2014

Menata Hati

Hai..hai... para pembaca blog baru saya :D

Tekadnya kan ya... mau nulis satu tulisan tiap hari di blog ini. Yang kemudian terjadi adalah laptop rusak tiba-tiba. Setelah laptopnya sembuh, ehh sayanya ngedrop....terus juga tumpukan tugas melambai-lambai buat dikerjakan. Ya sudahlah ya... apa yang terjadi terjadilah... Hehe :D

Beberapa waktu yang lalu saya dan suami sudah bertekad untuk memulai kembali program kehamilan dengan bantuan konsultasi dokter. Tapi ternyata mendekati hari H, ada saja kegiatan yang harus dilakukan dan membuat rencana ke dokter kandungan gagal. Kami bersepakat menunda dua hari kemudian untuk bertemu dengan dokternya. Daaaaannn... taraaaaa.... hari itu Bu Dokternya nggak praktik dan suami pulangnya terlalu malam. Lengkaplah sudah, gagal lagi konsultasi promilnya -_-"

Karena kegagalan memulai berkonsultasi dengan dokter yang berturut-turut (termasuk akumulasi rencana konsultasi yang sebelum-sebelumnya), maka mood saya pun berkurang drastis untuk kembali merencanakan kapan berkonsultasi dengan dokter kandungan lagi. Rencana itu sepenuhnya saya serahkan kepada Pak Suami. Ditambah pula waktu ujian tengah semester yang semakin mendekat dan banyak yang belum saya pelajari, saya memantapkan hati: ke dokter kandungannya nanti sajah, hahaha :D

Di luar itu semua, kali ini saya ingin membahas masalah menata hati. Penantian terhadap kehadiran si dedek kecil ini memerlukan hati yang tertata, itu kesimpulan saya beberapa hari yang lalu. Dan saya sungguh belum bisa melakukan penataan hati dengan baik. Saya pikir, sebaiknya fokus persiapan saya untuk sementara ini adalah belajar berdamai dengan situasi dan menata hati terlebih dahulu sebelum kembali memulai program kehamilan yang manapun. Memikirkan serta mencemaskan hal-hal yang mengganggu dan tidak penting, hanya akan membuat hormon stress mengambil kendali dan membuat tubuh kehilangan keseimbangan sehingga secara tidak langsung juga akan berpengaruh pada persiapan tubuh untuk menerima kehamilan.

Intinya, stress itu tidak baik apalagi bagi calon ibu yang sedang menginginkan kehamilan, hihihi... :D
Lalu? Hmm... nikmati saja kehidupan yang telah Allah berikan sampai dengan saat ini... Bisa jadi Allah memberikan penantian panjang ini karena sedang mempersiapkan yang terbaik. Atau karena ini adalah proses mengabulkan doa kita yang lain. Misalnya, kita berdoa pada Allah agar dikaruniai anak-anak yang shalih dan shalihah. Kalau dikasih sekarang.... mungkin saja bekal awal untuk mendidik anak belum cukup. Jadi Allah tunda dulu, supaya kita tidak menjadi orang tua yang durhaka, yang tidak bisa memberikan hak anak berupa pendidikan yang baik. Allah perpanjang waktu persiapan kita untuk menjadi orang tua yang shalih dan shalihah supaya kelak kita bisa mendidik anak-anak kita menjadi anak yang shalih dan shalihah juga.


Bisa juga karena pengeeeen banget anaknya hapal Quran, kita rajin berdoa setiap waktu kepada Allah agar mengaruniakan anak yang, selain shalih dan shalihah, juga hapal Quran. Jadi Allah perpanjang waktu kita dulu untuk menghapal Quran supaya kelak bisa memberikan keteladanan kepada anak-anak kita dalam menghapal Quran. Bisa jadi di Lauhul Mahfudz tertulis: si Fulan akan dikaruniai anak yang hapal Quran setelah si Fulan selesai menghapal 30 juz dalam Al Quran. 

Atau doa kita tentang anak yang lainnya mungkin... "Ya Allah, saya kok malasnya parah banget ya? Jangan sampai nanti saya punya anak yang malesnya ampun-ampunan kayak sayah. Nah lho... padahal pendidik utama bagi anak adalah orang tua. Apa yang didapat anak ya asalnya dari orang tua juga. Terus dapet darimana tuh gen rajinnya kalo nggak dari ortunya juga?" Hmmpffhh -_-"

Ya sudahlah, jangan bergulat dengan galau terus-terusan. Lama-lama nanti malah makin stress, tapi tidak mampu mengelola stressnya. Kalau sekarang saja belum mampu memanajemen stress, bagaimana pula nanti kalau yang kita tanggung jawab kita semakin bertambah dengan hadirnya anak? Padahal setiap anak akan membawa ujian tersendiri kan? 

Ikhlas dengan setiap ketentuan Allah, ikhlas meniatkan keinginan punya anak hanya karena Allah. 
Yuk, belajar menata hati lagi... :)



gambarnya nyomot dari sini
*) hasil self talk hari ini

Jumat, 25 April 2014

Selamat Datang... di Blog BARU (saya) :)

Hai...hai...semuanya... Perkenalkan ini dia blog baru saya *blog-blog terdahulu langsung demo: Kita-kita ajah ga pernah diurusin...eh dia bikin blog baru* Hihihi :D

Memang saya sudah lamaaaa sekali tidak menulis blog lagi, terus tiba-tiba kepikiran gimana kalo bikin blog baru dengan tema yang itu? Kan daripada hal itu bikin saya stress, mending saya dokumentasikan segala sesuatu mengenai hal itu? Siapa tahu nanti ada manfaatnya untuk orang lain? Karena sejauh ini, salah satu yang membantu menguatkan saya dalam hal itu adalah membaca kisah-kisah penantian orang lain juga tentang hal itu. Apaan sih dari tadi itu-itu mulu? Haha, baiklaahhh... begini ceritanya...

Alhamdulillah, 2,5 tahun lebih sudah perjalanan pernikahan saya dan suami. Juli nanti, insyaAllah kami memasuki tahun ketiga pernikahan. Setelah menikah, sebagian besar pasangan tentu mendambakan hadirnya anak dalam rumah tangga mereka. Namun demikian, sejauh ini si kecil yang dinanti-nanti belum juga hadir menyemarakkan istana kecil kami. Menanti, sungguh membutuhkan sebuah kesabaran tersendiri. Apalagi saat kita sangat mengharapkan kehadiran yang dinanti. Ya, inilah penantian.

Blog ini insyaAllah akan saya khususkan untuk mencatat masa-masa penantian ini. Dan sungguh, saya ingin mengisi masa penantian ini dengan perjuangan. Tidak sekadar penantian biasa. Oleh karena itulah, ada kata "A Struggle" di dalam judul blog ini. Lalu kenapa 'Good'nya dikurung? Karena blog ini juga akan saya isi dengan perjuangan-perjuangan saya untuk mendapatkan kehamilan. Bukan hanya yang berkaitan dengan ilmu-ilmu parenting saja. Mungkin suatu saat kalau anak saya sudah lahir, tanda kurung itu akan saya hilangkan.

Penantian akan kehamilan sungguh menggelisahkan bagi seorang istri yang sudah mendambakan momongan. Penantian seperti ini, apabila tidak diisi dengan hal-hal yang positif hanya akan menambah beban dalam kehidupan. Kurang lebih, blog ini akan menjadi catatan penyemangat bagi diri saya. Keinginan yang tidak diikuti dengan kesabaran, akan berpotensi menyuburkan rasa kurang bersyukur. Hitung-hitung, blog ini menjadi tempat untuk saya mendaftar hikmah-hikmah dalam penantian ini sehingga saya bisa terus memupuk kesabaran :)

Saya berharap blog ini dapat menjadi sarana berbagi, terutama untukmu...para calon ibu yang sedang menanti dan berjuang :D Bagi yang sudah menjadi para ibu, boleh juga kok baca blog ini. InsyaAllah catatan-catatan hasil menyimak ilmu parenting juga akan saya posting di sini. Siapapun, boleh membaca blog ini. Semoga menjadi manfaat, untuk saya dan semua pembaca. Aamiin.

Selamat datang di blog baru saya....



gambar dari sini