Hai hai.... ketemu lagi... Hmm, postingan kali ini saya mau cerita sekilas program kehamilan yang pernah saya jalani sewaktu di awal pernikahan ya, kira-kira ini cerita sampai dengan usia setahun pernikahan (pertengahan 2011). Selamat membaca.
Awal-awal menikah sering banget si tamu telat berkunjung. Jadilah setahun pertama pernikahan, saya sudah beberapa kali melanglang buana dari satu dokter kandungan ke dokter kandungan lainnya. Tapi karena masih belum setahun, kebanyakan dari para dokter itu berkata, "Kondisi rahimnya bagus kok. Nggak apa-apa, belum setahun ini. Nanti aja periksanya kalo udah setahun." Jadilah setiap periksa saya mendapat obat untuk memperlancar datangnya si tamu. Tapi ya tetep aja sih, hasilnya setelah obatnya habis kondisinya tidak berubah alias sering telat tapi negatif.
gambar dari sini
Memasuki bulan ke-9 pernikahan kami, saya dan suami akhirnya memutuskan berprogram ke klinik dekat rumah kontrakan di bilangan Jatinegara yang murah meriah. Tentu saja setelah dapat rekomendasi dari salah seorang teman yang berhasil program hamil di situ. Pas ke sana dokternya komunikatif dan enak diajak konsultasi. Yang paling penting, dokternya nggak membuat tanduk saya keluar. Sebelumnya pernah nih, ke salah seorang dokter yang berhasil membuat si tanduk nongol. Waktu itu dokternya bilang gini, "Memangnya kamu nggak pengen hamil apa?" Whaaatttt??!!! Cerita lengkapnya saya konsultasi karena telat, eh dokternya marah-marah kenapa saya baru sekarang ceknya. Padahal saya juga udah cek berkali-kali tapi cuma dibilang bagus-bagus aja sama dokter-dokter lain sebelumnya dan sekarang pake ditanya saya nggak pengen hamil lagi? Kalo ketemu orang yang nanya kayak gitu berasa pengen nyiram pake air teh. Oke, lupakan. Postingan berikutnya mungkin akan saya tulis tentang tips memilih dokter kandungan untuk program kehamilan.
Kita kembali ke cerita dokter yang di klinik daerah Jatinegara. Terus terang, saya lupa siapa nama dokternya. Tapi yang jelas dokternya cantik, hihi... Waktu itu saya diresepkan obat sejenis obat KB. Kalo tidak salah nama obatnya cyclo proginova. Itu obat diminumnya setiap hari di jam yang sama selama satu bulan (tepatnya 21 hari apa ya? lupa). Agak lupa juga persisnya si obat diminum mulai hari ke berapa setelah haid. Saya minum obat ini sampai tiga kali resep, artinya sekitar tiga bulan.
Nah, selama tiga bulan itu saya menggendut dan banyak orang yang bertanya, "Kamu lagi hamil ya?" Saking banyaknya orang yang bertanya begitu, di pikiran saya yang ada cuma hamil-hamil-hamil-hamil-hamil. Karena nggak hamil-hamil juga, sayanya malah pusing sendiri. Stres? Bisa jadi.
Akhirnya menjelang satu tahun pernikahan, saya memutuskan untuk STOP dulu segala macam program hamil selama beberapa bulan ke depan. Ada tiga hal utama yang membuat saya ingin rehat dulu dari program kehamilan. Pertama, saya jadi kepikiran terus dan sering mellow semenjak program kehamilan dengan obat. Harap-harap cemas, programnya berhasil atau tidak. Saya jadi supersensitif dengan kata 'hamil'. Saat menjelang satu tahun pernikahan itulah saya pikir emosi saya mengenai program kehamilan memuncak. Bahkan saya yang biasanya sukaaaa banget dengan anak kecil, saat itu kalo ketemu anak kecil ngga berani nggendong atau ngajak main. Saya rasa, saya perlu mengalihkan fokus di pikiran saya dulu untuk sementara waktu. Sebagian besar cerita yang berhasil hamil setelah penantian selama beberapa waktu tertentu, rahasia suksesnya adalah pasrah. Siapa tahu dengan mengalihkan pikiran ke kegiatan yang lain, saya bisa lebih pasrah.
Kedua, di bulan keempat jadwal saya kontrol dengan dokter kandungan, saya sudah pindah ke Depok. Kantor di Jakarta Pusat, rumah di Depok. Kalau saya tetap kontrol di Jatinegara kayaknya malah tambah capek. Jadilah saya malas melanjutkan kontrol. Saat pindah itu pulalah cicilan rumah dimulai @_@, artinya makin banyak pengeluaran. Baiklah... dengan didukung oleh alasan pengencangan ikat pinggang. Saya dan suami makin yakin untuk stop program kehamilan dulu.
Alasan ketiga, meminimalisasi efek samping kebanyakan konsumsi obat. Salah satunya menggendut tadi. Terganggu sangat dengan penggendutan yang terjadi. Soalnya menggendutnya cuma di pipi dan perut, hihihi... Selain itu anggota tubuh lainnya tetap kurus, kan jadi aneh... mirip orang busung lapar gitu kesannya. Hahaha... :D Dan memang dari pencarian info yang saya dapatkan, untuk program kehamilan dengan obat sejenis KB hanya bisa dicoba selama tiga bulan saja. Kalau tiga bulan itu tidak berhasil, berarti programnya diteruskan dengan metode yang lain. Jadi ya sudahlah, kesimpulannya kita stop dulu saja.
Nah, kalo sekarang saya pikir-pikir lagi. Ada beberapa hal yang sebaiknya mungkin bisa jadi masukan untuk teman-teman yang mungkin mengalami kejadian mirip dengan saya, antara lain:
Nah, kalo sekarang saya pikir-pikir lagi. Ada beberapa hal yang sebaiknya mungkin bisa jadi masukan untuk teman-teman yang mungkin mengalami kejadian mirip dengan saya, antara lain:
1. Jika ada yang mempunyai masalah dengan si tamu, baik tidak teratur alias sering telat, tidak lancar, atau sakit banget pas lagi dapat haid, maka ada baiknya segera berkonsultasi dengan dokter kandungan mengenai penyebabnya. Usahakan untuk 'mengatur' haid agar normal dengan cara yang alami, seperti pola makan yang baik, olahraga teratur, dan mungkin dibantu dengan bekam dan akupuntur. Intinya sih pola hidup sehat. Sebisa mungkin jangan pakai obat-obatan.
2. Ketika sudah menikah dan belum genap satu tahun, kalau mau cek ke dokter tidak ada salahnya. Tapi pastikan ya dokternya yang asyik dan kooperatif. Apalagi kalau ternyata teman-teman punya masalah yang terkait dengan haid. Jangan seperti saya yang oke-oke saja disuruh periksa lebih lanjut kalo sudah setahun pernikahan. Saya menyesalnya kenapa saya nggak ngotot nanya, apakah gerangan penyebab kekacauan siklus haid saya. Obat yang diresepkan hanya menyelesaikan masalah yang terjadi untuk sementara. Kalau sudah kelihatan ada masalah, lebih cepat kita tahu lebih baik.
3. Memilih dokter kandungan itu penting. Pastikan yang kita bisa enjoy kalo konsultasi ke dokternya. Sebaiknya tidak gonta-ganti dokter.
4. Kalau terpaksa gonta-ganti dokter kandungan, pastikan kita menyimpan rekam medis dari dokter sebelumnya untuk ditunjukkan ke dokter yang baru. Jadinya kita nggak perlu diresepkan dua kali untuk obat yang memang tidak cocok.
Oke, sekian dulu ya... Semoga sharing dari saya bisa bermanfaat. Di postingan berikutnya ada dua judul yang insyaAllah akan saya tulis, (i) Testpack dan (ii) Memilih Dokter Kandungan untuk Program Kehamilan.
Sampai jumpa... :D
Oke, sekian dulu ya... Semoga sharing dari saya bisa bermanfaat. Di postingan berikutnya ada dua judul yang insyaAllah akan saya tulis, (i) Testpack dan (ii) Memilih Dokter Kandungan untuk Program Kehamilan.
Sampai jumpa... :D